Monday, September 19, 2005

Menikah

Memutuskan menikah butuh satu kekuatan extra :)
Memulai satu hari yang diawali dengan rencana panjang yang perlu dipertimbangkan masak...


Benarkah menikah didasari oleh kecocokan? Kalau
dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa
langgeng. Kalau sama-sama suka sop buntut berarti
masa depan cerah...(That simple?........)

Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya
aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua
manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah
tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya.

Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan
jaminan segalanya akan lancar. Lalu apa? MENIKAH
adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya
diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani
menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya
kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya.

Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya? Harus
ada 'Komunikasi Dua Arah', '
Ada kerelaan mendengar
kritik', '
Ada keikhlasan meminta maaf', 'Ada
ketulusan melupakan kesalahan', dan 'Keberanian
untuk mengemukakan pendapat'.

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang
diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun
pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil
undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh,
ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-
manggil

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang
berkepala batu dalam satu ruangan dimana
kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan
hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa,
yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga
mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan
berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga
saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi
yang sama...

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri
maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri
sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang
lain...?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri,
bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan
hidup...??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat
tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa
besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'.

* Kesalahan terbesar kita dalam memilih pasangan
adalah kita lebih mementingkan dengan siapa kita
menikah bukan seperti apa orang yang akan kita
nikahi. Kita lebih melihat dari fisik orang
tersebut bukan kualitas orang tersebut

0 Comments:

Post a Comment

<< Home